1631200
RESUME JURNAL
Judul Jurnal : Elemen-elemen Pendorong Kearifan Lokal pada Arsitektur Nusantara
Volume : Volume 9 / No.1
Tahun : 2014
Penulis : Doddy Soedigdo DKK
Riviewer : Ani Bayu
Tanggal : 21 Mei 2018
A. LATAR BELAKANG
Wilayah Indonesia yang luas terdiri dari berbagai budaya etnis barat, tengah , dan bagian timur
daerah. Kebudayaan daerah yang dibentuk oleh etnis di kepulauan Indonesia memiliki karakteristik, bahasa, nilai-nilai, dan simbol-simbol yang unik dan berasal dari budaya masyarakat. Dengan semakin pesatnya perkembangan arsitektur dunia, identitas arsitektur Indonesia (nusantara/tradisional/vernakular) telah meluntur digerus oleh arsitektur dari eropa dan amerika. Identitas berarti kesamaan dan kesatuan yang menunjukkan kekhasan atau keunikan dan menopang secara berkesinambungan (Abel, 1997; Hasan, 2009; Anwar, 2011). Untuk menempatkan kembali arsitektur Indonesia sebagai tuan rumah di negeri sendiri adalah dengan menguatkan pengetahuan tentang konteks budaya yang terkandung dalam arsitektur Indonesia itu sendiri.
daerah. Kebudayaan daerah yang dibentuk oleh etnis di kepulauan Indonesia memiliki karakteristik, bahasa, nilai-nilai, dan simbol-simbol yang unik dan berasal dari budaya masyarakat. Dengan semakin pesatnya perkembangan arsitektur dunia, identitas arsitektur Indonesia (nusantara/tradisional/vernakular) telah meluntur digerus oleh arsitektur dari eropa dan amerika. Identitas berarti kesamaan dan kesatuan yang menunjukkan kekhasan atau keunikan dan menopang secara berkesinambungan (Abel, 1997; Hasan, 2009; Anwar, 2011). Untuk menempatkan kembali arsitektur Indonesia sebagai tuan rumah di negeri sendiri adalah dengan menguatkan pengetahuan tentang konteks budaya yang terkandung dalam arsitektur Indonesia itu sendiri.
Dengan mengetahui elemen-elemen yang menjadi pendorong munculnya kearifan lokal arsitektur disuatu tempat di nusantara Indonesia, maka dapat membantu dalam mengenali dan memahami kearifan lokal pada daerah tersebut. Wawasan ini akan membantu pendidikan arsitektur di Indonesia dalam menumbuh-kembangkan identitas arsitektur Indonesia yang berhaluan nusantara.
B. TUJUAN
Tulisan ini bertujuan untuk mengetahui elemen-elemen yang mendorong timbulnya kearifan lokal dalam arsitektur di nusantara ini. Menggunakan metode kualitatif-rasionalistik ditemukan hasil bahwa elemen pendorong timbulnya suatu kearifan lokal adalah elemen manusia beserta pola pikirannya, dan elemen alam beserta iklimnya. Terbukti dengan pola pikir mereka yang menghasilkan kebijaksanaan mereka dalam menyusun pengetahuan yang dianggap baik bagi kehidupan mereka seperti hukum adat, tata kelola, dan tata cara untuk aktivitas mereka sehari-hari. Oleh sebab itulah maka kearifan lokal dalam arsitektur menjadi sangat penting perannya dalam menjaga dan mempertahankan kelestarian budaya Indonesia.
C. METODOLOGI
Pada tulisan ini menggunakan metodologi kualitatif-rasionalistik, yaitu merupakan studi hasil-hasil penelitian di bidang kearifan lokal dalam arsitektur, sebagai dasar dalam mengembangkan konsep pemikiran. Data yang digunakan diambil pula dari hasil penelitian yang kontekstual dengan tema penulisan.
D. KESIMPULAN
Timbulnya Kearifan lokal dalam budaya Indonesia didorong oleh elemen pola pikir dan elemen alam. Hal ini menunjukkan bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang bijak dan mampu menyelaraskan diri dengan alam sebagai lingkungan hidupnya. Terbukti dengan pola pikir mereka yang menghasilkan kebijaksanaan mereka dalam menyusun pengetahuan yang dianggap baik bagi kehidupan mereka seperti hukum adat, tata kelola, dan tata cara untuk aktivitas mereka sehari-hari. Kearifan lokal adalah nilai-nilai yang dianggap baik dan benar oleh manusia dalam suatu komunitas sehingga dapat bertahan dalam waktu yang lama dan bahkan melembaga bagi komunitas tersebut (Sartini, 2009). Terminologi Arsitektur Vernikular berarti adat (indigenous), suku (tribal), rakyat (folk), dan tradisional (traditional) arsitektur (Oliver, 1998). Dalam bahasa latin, vernaculus berarti asli dimaksudkan bahwa bentukan arsitekturnya digunakan sebagai penyampai keaslian lokal danidentitas kesukuan terutama pada Arsitektur Vernakular di Asia Tenggara. Rapoport (1969) mengatakan, ”Terdapat bahaya dalam menerapkan konsep Barat yang mewakili hanya satu pilihan di antara banyak kemungkinan, karena konsep Barat tidak mengindahkan dalam hal cara hidup lokal, kebutuhan khusus, dan cara melakukan sesuatu, melainkan berusaha seefektif mungkin dalam
keseragaman secara global”.
Pernyataan Rapoport ini menunjukkan bagaimana bahayanya menerapkan konsep Arsitektur Barat secara berlebihan di daerah yang kaya akan tradisi budaya, karena cenderung akan memudarkan identitas budaya arsitektur lokal dan menggantikannya dengan budaya arsitektur global. Oleh sebab itulah maka kearifan lokal dalam arsitektur menjadi sangat penting perannya dalam menjaga dan mempertahankan kelestarian budaya Indonesia. Salah satu cara terbaik dalam melestarikan budaya arsitektur lokal ini adalah sesegera mungkin menjadikan tema Kearifan Lokal sebagai mata kuliah wajib pada sekolah-sekolah arsitektur di Indonesia. Hal ini perlu dilakukan agar terdapat kesetimbangan antara pemikiran Arsitektur Barat dan Arsitektur Timur pada pola pikir arsitek-arsitek di Indonesia
keseragaman secara global”.
Pernyataan Rapoport ini menunjukkan bagaimana bahayanya menerapkan konsep Arsitektur Barat secara berlebihan di daerah yang kaya akan tradisi budaya, karena cenderung akan memudarkan identitas budaya arsitektur lokal dan menggantikannya dengan budaya arsitektur global. Oleh sebab itulah maka kearifan lokal dalam arsitektur menjadi sangat penting perannya dalam menjaga dan mempertahankan kelestarian budaya Indonesia. Salah satu cara terbaik dalam melestarikan budaya arsitektur lokal ini adalah sesegera mungkin menjadikan tema Kearifan Lokal sebagai mata kuliah wajib pada sekolah-sekolah arsitektur di Indonesia. Hal ini perlu dilakukan agar terdapat kesetimbangan antara pemikiran Arsitektur Barat dan Arsitektur Timur pada pola pikir arsitek-arsitek di Indonesia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar